IKLAN PRODUK ROKOK PADA MEDIA ONLINE MENARIK MINAT ANAK UNTUK MEROKOK

Sumber foto dari internet

Pola dan struktur pemikiran pada usia anak dan remaja masih terdominasi oleh berbagai situasi dan kondisi dari luar dirinya sendiri. Segala kondisi yang dilakukan besar kemungkinan berasal dari informasi yang diserap oleh berbagai indera tubuhnya dari luar. Hal inilah yang membuat Self Efficacy-nya rendah sehingga menyebabkan usia anak dan remaja rentan terhadap dampak dari lingkungannya.

Spesifik terkait iklan untuk mengajak merokok serta menampilkan kondisi luar biasa positif bagi seorang perokok yang berasal dari media online, korban utama dari iklan tersebut tentu saja pada usia anak dan remaja. Hal ini seharusnya ditolak oleh anak dan remaja, akan tetapi karena self efficacy-nya rendah sehingga proses mengontrol penggunaan media sosial serta proses penerimaan informasi tersebut tanpa pengarahan, maka resiko akan terjerumus untuk mengkonsumsi rokok dan akhirnya teradiksi, sangat besar sekali. Ditambah kian kreatifnya proses produksi iklan rokok tersebut, sehingga semakin banyaklah anak dan remaja yang terjebak dan menjadi konsumen rokok.

Dr. Frida Kusumastuti, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang memaparkan bahwa dalam satu hari anak-anak dapat mengakses media sosial/internet 7 hingga 12 jam pada masa pandemi, dapat dikatakan itu melebihi jam belajar dan jam tidurnya. Mereka akan terpapar disitu. Pikirannya akan terhegemoni oleh pesan-pesan tembakau ini.

Saat pandemi, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya seperti belajar, sekolah online hingga bermain games melalui ponsel. Sedangkan iklan rokok tidak hanya berupa baliho besar di jalan, tetapi iklan rokok ini semakin kreatif merebak pada dunia online, sehingga ketika anak mengakses internet secara tidak sadar mereka membaca iklan rokok yang muncul pada halaman website tertentu.

Sedangkan pengaruh iklan rokok di media online menurut data penelitian dari London School of Public Relations (LSPR) terdapat hubungan yang signifikan antara terpaan iklan rokok di media online dengan sikap merokok remaja, terhitung sebesar 0,564, lalu sebesar 31,8 persen kekuatan pengaruh iklan rokok di media sosial. Lalu data selanjutnya mengenai terpaan iklan rokok di media online seperti Youtube menyumbang 80,3 persen, diikuti website sebanyak 58,4 persen, berikutnya Instagram sebesar 57,2 persen dan game online 36,4 persen. Jika dilihat Youtube berada di tingkat tertinggi, sementara itu Youtube adalah platform media pembelajaran paling mudah untuk diakses dan durasi paling lama remaja menggunakan dalam pembelajaran daring.

Prof. Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto merekomendasikan orang tua untuk melindungi anak-anaknya dari minat merokok sejak dini. Sebab, selain berdampak kepada kesehatan, rokok juga mengandung zat adiktif yang dapat mengakibatkan kecanduan.

 

References

Nurhajati, L., Soewarso, K., & Angelica, X. (2018, November). Pengaruh Terpaan Iklan Rokok di Media Online pada Sikap Merokok Remaja Indonesia. Jakarta. https://komnaspt.or.id/wp-content/uploads/2020/12/Paparan_Pengaruh-Terpaan-Iklan-Rokok-di-Media-Online_LSPR_2018.pdf

Penulis: Sekar

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *